BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia masalah
ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan.
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat
kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya
peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa dan lebih besar. Dan mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas yang jinak (Manuaba, 1998:424)
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa dan lebih besar. Dan mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas yang jinak (Manuaba, 1998:424)
Insidensi mola
hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat Amerika Serikat,
terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa
ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi
mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang
melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di
negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih
tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan. Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas
pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih
lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut.
Mola Hidatidosa
merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang meliputi
berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial dan
komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic tumors.
Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini
sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis
jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai
borderline keganasan.
Mola Hidatidosa ialah
kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion
penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik
terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema
dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet
dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Sebagian dari villi
berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada
janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar
butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi
seluruh cavum uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydrotopik dari stoma
jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada bagian
pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola
susunan sex chromatin adalah wanita.
Pada mola hidatidosa,
ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium,
kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan
kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala
bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin
chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari mola hidatidosa ?
2.
Apakah etiologi dari mola hidatidosa ?
3.
Bagaimana patofisiologi dari mola hidatidosa ?
4.
Bagaimana tanda dan gejala dari mola hidatidosa ?
5.
Bagaimana gambaran diagnostik dari mola hidatidosa ?
6.
Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan mola
hidatidosa ?
7.
Bagaimana komplikasi yang terjadi pada pasien mola
hidatidosa?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami
pengertian dari mola hidatidosa
2.
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi dari
mola hidatidosa
3.
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan
gejala dari mola hidatidosa
4.
Agar mahasiswa mengetahui komplikasi dari mola
hidatidosa
5.
Agar mahasiswa mengetahui gambaran diagnostik dari
mola hidatidosa
6.
Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari mola
hidatidosa
7.
Agar mahasiswa mengetahui komplikasi
dari mola hidatidosa
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kehamilan
mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan
pada trimester satu. Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan
tetapi terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Rahim menjadi lunak dan berkembang lebih
cepat dari usia kehamilan yang normal, tidak dijumpai adanya janin, dan rongga rahim hanya terisi oleh
jaringan seperti buah anggur. Kehamilan
mola
hidatidosa disebut juga dengan kehamilan
anggur.
Kehamilan
mola
hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan
pertemuan ovum
dan sperma
sewaktu fertilisasi
(Sarwono Prawirohardjo, 2003). Mola
hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan
pertumbuhan
trofoblas
plasenta
atau calon plasenta
dan disertai dengan degenerasi kristik villi dan perubahan
hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan vaksikuler (Benigna).
Mola Hidatidosa ditandai oleh
kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dangan
derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati kavum
uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan
dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada
tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk
mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet)
1. Mola
Hidatidosa Komplet (klasik)
Vili
korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-gelembung
atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat sampai
beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis.
Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang besarnya
bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Berbagai penelitian
sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan komposisi kromosom yang
paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari
ayah. Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh
sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri
setelah miosis. Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif.
Tetapi semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola
kromosom pada mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma membuahi
satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga pernah
dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis komplet
dapat terjadi akibat beberapa pola kromosom.
2. Mola
Hidatidosa Parsial (inkomplet)
Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih
terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai
mola hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi
pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang
vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak
mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat
fokal dari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang biasa
69XXY atau 69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua
komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi
yang mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.
Gambaran
|
Mola
parsial (inkomplet)
|
Mola
Komplet (klasik)
|
Jaringan
embrio atau janin
|
Ada
|
Tidak ada
|
Pembengkakan
hidatidosa pada vili
|
Fokal
|
Difus
|
Hyperplasia
|
Fokal
|
Difus
|
Inklusi
stroma
|
Ada
|
Tidak ada
|
Lekukan
vilosa
|
Ada
|
Tidak ada
|
Karakteristik Mola Hidatidosa bentuk komplet dan
parsial :
2.2
Etiologi
Kekurangan
vitamin A diduga kuat menjadi salah satu penyebab terjadinya mola hidatidosa,
pulihnya kadar vitamin A akan menyebabkan penderita hamil anggur terhindar dari
kanker dan memulihkan kesehatan, sehingga peluang untuk hamil lebih besar meskipun penyebab mola hidatidosa tidak
diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
- Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
- Imunoselektif dari tropoblast: yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia.
- Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhin pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
- Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya,sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa.
- Kekurangan protein:sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.
- Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
2.3
Patofisiologi
Proliferasi Trofoblas
Degenerasi hidrofik dari stroma villi
Tidak ditemukan sirkulasi fetal/ perkembangannya tidak sempurna
Edema ( cairan tidak dapat diserap ) HCG meningkat
Pembengkakan
hidrofik
Blighted ovum
Mola Hidatidosa
Gelembung-gelembung
mola seperti buah anggur, kistik, berdinding
Tipis
dan mudah pecah dengan keluarnya cairan jernih.
Ket:
Pada pemeriksaan serum HCG, kadarnya sangat tinggi.
Jonjot-jonjot
korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista kecil
seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik
kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa
juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi
menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang
kecil sampai berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila
dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi
dari trofoblast
2. Degenerasi
hidropik dari stroma vili dan kesembaban
3. Terlambat
atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel
langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel
sinsisial giantik (syncytial giant cell). Pada kasus mola banyaak kita
jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih. Kista
lutein akan berangsur-angsur mengecil dan hilang setelah mola hidatidosa
sembuh.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari
penyakit trofoblast, diantaranya :
1. Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
2.
Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast
adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi
cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
3.
Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih
menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang
menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga
dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya
fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
2.4 Tanda dan Gelaja
Tanda dan
Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah sebagai
berikut :
a.
Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b.
Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung
berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c.
Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d.
Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak
terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat
atau lebih.
e.
Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum
kehamilan 24 minggu.
f.
Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan
lebih lama.
g.
Mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia. Terjadinya
preeclampsia dan
Eklampsia sebelum minggu kedau empat
menuju kearah mola hidatidosa.
h.
Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke
100 atau lebih sesudah periode menstruasi terakhir.
2.5 Gambaran Diagnostik
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG, amniografi, Pengukuran
kadar corionic gonadotropin, uji sonde dan histologis. Pada
mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala klasik yakni:
1. Perdarahan
vaginaladalah gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak,
dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97%
kasus.
2. Hiperemesis.
Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakan akibat
dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
3. Hipertiroid.
Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit
yang hangat.
Kebanyakan mola
sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onset
gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi
tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya
hanya mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed
abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung
janin.
Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin A.
Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin A.
Pemeriksaan
ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan
mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang mengindikasikan
vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa
intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah
ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus
dilakukan karena paru – paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
Pemeriksaan amniografi
adalah dengan penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan kedalam uterus secara
transabdominal akan memberikan gambaran radiografik khas pada mola hidatidosa.
Cavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosintesis. 20ml hypaque
disuntikkan segera dan 5 hingga 10 menit kemudian difoto anteroposterior. Pola
sinar x seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontraks yang
mengelilingi gelembung-gelembung corion. Pada kehamilan normal terdapat sedikit
resiko abortus akibat penyuntikan bahan kontraks hipertonik intra amnion.
Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia, teknik pemeriksaan
amniografi sudah jarang dipakai lagi.
Pengukuran kadar corionic
gonadotropinadalah pengukuran kadar corionic gonadotropin kadang-kadang
digunakan untuk membuat diagnose jika metode pengukuran secara kuantitatif yang
andal telah tersedia, dan variasinya cukup besar pada sekresi gonadotropin
dalam kehamilan normal sudah dipahami khusus kenaikan kadar gonadotropin yang
kadang-kadang menyertai kehamilan dengan janin lebih dari satu.
Uji sonde adalah Sonde (penduga
rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan
kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit,
bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
2.6
Penatalaksanaan
- Kuretase isap (suction curettage)
Apabila pasien menginginkan
keturunan di kemudian hari, penanganan yang dipilih adalah evakuasi jaringan
mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus tersedia karena
evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.setelah evakuasi
awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi
kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase
tajam.spesimennya dikirim secara terpisah ke laboratorium patologi.
- Histerektomi abdominal
Pada mola ini merupakan suatu
alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi menginginkan kehamilan di kemudian
hari.Histerektomi menyingkirkan kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik
yang tertinggal di dalam uterus setelah kuretase isap dan mengurai resiko
penyakit trofoblastik residual sampai 3-5%.keputusan mengenai
salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.setelah pengeluaran mola dan pengurangan
stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-lutein ovarium mengalami regresi
secara spontan. Pengangkatan dengan pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan
dengan torsi atau perdarahan.
- Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan
mola pasien diamati dengan seksama terhadap serangkaian titer chorionic
gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk submit
beta, setiap satu atau dua minggu sampai negative. Hilangnya HCG secara
sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus.
Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan sampai titer chorionic
gonadotropin negative selama satu tahun. Biasanya diberikan kontrasepsi
oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk menilai ukuran
uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah
untuk metastase.
Apabila 2 titer chorionic
gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau meningkat atau apabila
tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia
tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hamper 15-20% pasien dengan Mola
Hidatidosa berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok
ini hamper 80% menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang
20% menderita metastase keluar batas uterus, paling sering ke paru-paru atau
vagina. Selain titer chorionic gonadotropin yang persisten atau
meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik gestasional meliputi
perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan lesi
perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.
2.7 Komplikasi
- Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.
- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia.
- Infeksi sekunder.
- Perforasi karena kegananasan dan Karena tindakan.
- Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18%-20% kasus akan menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mola Hidatidosa
ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba
falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat
menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya
menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet).
Kehamilan mola
hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi pada multipara yang
berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus mola hidatidosa pada wanita umur
35-45 tahun sangat diperlukan suatu penanggulangan secara tepat dan cepat
dengan penanganan tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat
diperlukan untuk memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak
memperburuk keadaan pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam
perawatan kehamilan mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan perawatan
dan pengobatan secara kontinyu sehingga keluarga perlu dilibatkan agar mampu
memberikan perawatan secara mandiri.Pendidikan kesehatan sangat diperlukan
mengingat masih banyaknya wanita-wanita khususnya yang berumur 35-45 tahun yang
kurang mengerti tentang kehamilan mola hidatidosa.
3.2 Saran
Saran
yang dapat disampaikan adalah
1. Harus
senantiasa menjaga kesehatan saat kehamilan dan priksa USG rutin
2. Mengkonsumsi
makanan bergizi dan seimbang.
3. Jangan
kekurangan vitamin A
4. Periksa kepada tenaga medis yang profesional jika
terjadi tanda-tanda kehamilan untuk memastikan hamil anggur atau hamil normal
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/
(diakses tanggal 28 November 2012, pukul 20.30 WIB)
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/mola-hidatidosa.html#ixzz2DWpu4Lfe
(diakses tanggal 28 November 2012,
pukul 20.15 WIB)
http://sehat.jazz.or.id/hamil-anggur-mola-hidatidosa/
Postingan yang bermanfaat, makalah juga bisa di posting untuk di jadikan sebagai informasi yang menarik. Saya juga membuat artikel yang mengulas hamil anggur, kunjungi juga ya.. : Hamil anggur
BalasHapus